Tadi pagi saat kumpul dengan 2 tetangga saya...plus 2 anak mereka diteras rumah...sesuatu yang tidak mengenakan hati saya terjadi dimana saat Ilham Aulia Muhammad (13 bulan) meminta saya untuk membuka penutup keranjang bola warna warni...dan saya menolak dgn bilang: "gak usah di buka ya Mas, nanti berantakan...."
Tapi Ilham tampak merengek.....memohon pd sy untuk membukanya. Kembali sy coba jelaskan dengan kalimat yang berbeda....tetap sj merengek. Dan salah seorang tetangga nyeletuk: " Ihhh, ngeyel yaaa.......Ilham susah dibilangin"....terdiam saya seketika, kaget dengan nyaringnya kalimat itu terdengar. Tepatkah bahasa seperti itu dikeluarkan di hadapan anak-anak? Tepatkah anak seusia Ilham dinilai ngeyel? masih dalam kondosi diam saya, tetangga satunya lagi menambahkan: "anak-anak jaman sekarang memang pada bandel, susah bilanginnya"
Tetangga-tetangga macam begini bikin saya malas komunikasi, gak nyambungan. Lha anak 13 bulan itu tahu apa?bukannya saya membela anak saya, dan kalau saya gak terima anak saya dibilang dibilang ngeyel..bukan karena saya memanjakannya. Tapi bayangkan saja anak usia 13 bulan yang bicaranya saja belum jelas, pemahaman komunikasi juga belum sempurna dibilang ngeyel. Tidak nyambungkan?
Anak seusia Ilham menurut saya jika menginginkan sesuatu tinggal saja di <span class=" fbUnderline">TURUTI </span>atau <span class=" fbUnderline">TIDAK</span> dan dengan diberikan penjelasan yang baik. Bukan untuk dimaki atau divonis. Betapa saya berusaha dan senantiasa belajar untuk selalu menjaga segala perkataan saya dihadapan anak saya. Karena seorang anak kecil daya serapnya itu tinggi dan apa yang dikatakan terhadapnya itu baginya menunjukkan itulah dirinya. Maka dalam hal ini saya dan suami hati-hati sekali agar bisa meminimalisir kesalahan bahasa atau kata. Ehh lingkungan dengan entengnya bilang kalimat yang demikian tadi...haduuuh...berat ini..(nyambi geleng-geleng).
Saya akui, mendidik anak bukan perkara mudah. Malah saya merasa bahwa bergaul dengan anak kecil saya itu sangat sulit dibandingkan bergaul dengan siapapun. Dimana kesabaran hati sangatlah teruji. Dimana dalam kondisi emosi atau amarah pun sikap maupun bahasa harus dibungkus dalam kata-kata indah. Karena anak bukan luapan amarah juga luapan kata sumpah serapah, anak adalah luapan cinta. Dimana mendidiknya harus dengan bahasa kelembutan, dengan bahasa cinta. Pergaulan semacam ini memang sangat sulit, tapi dari kesulitan ini Insya Allah kelak kemudahan, dan sesuatu yang indah akan tampak dari anak. Dari bahasalah sesungguhnya dimulai pembentukan karakteristik.
Bergaul dengan teman, kita gampang saja menggunakan aneka bahasa dan kata, bahkan bisa ngomong sembarangan, lalu bilang saja "ups bercanda"...tapi saat bicara dengan balita misalkan menggunakan kata " Rese kamu ya..." trus dilanjutkan dengan kata "ups..mama bercanda, ups tante bercanda" sangat tidak lucukan??efeknyapun negative untuk anak.
Dan efek parahnya kalau sampai Mamanya sendiri sudah bilang "rese"...lalu tanpa sengaja saat main dengan temannya yang juga dididik bahasa gaul ini, so terbentukalah dipola pikirnya bahwa: "saya rese..gak apa-apalah.paling kalau resekan Mama cuma ngomel bentar, nanti kalau minta jajan juga dikasih lagi. Jadi ga apa-apa saya rese" kalau sudah begini siapa yang kemudian hari jadi susah? belum lagi bahasa bandel, ngeyel, parahnya lagi kata bodoh....."kalau Mama saja sudah bilang saya bodoh, teman juga kemarin bilang gitu...ngapain saya belajar, paling saya akan tetap bodoh".
Sepertinya menjadi orang tua memang harus bekerja ekstra, kejadian tadi pagi, adalah bukti dimana saya memang harus berhati-hati terhadap lingkungan. Karena sebenarnya kejadian yang gak jauh beda dari ini juga seringkali terjadi, anak-anak kadangkala lewat sambil mungkin ngobrol atau bercanda dengan bahasanya yang tak lagi enak untuk didengar. So saya dan suami memang harus lebih ektra lagi menanamkan, menciptakan sikap dan pergaulan yang baik untuk anak saya. Menanamkan nilai moral, yang mampu menjadikan pla pikir dan karakteristik yang baik. Hmm, terbayang betapa susahnya......tapi saya harus terus belajar untuk itu. Lingkungan yang sudah terlanjur terbentuk tidak berkualitas sangat sulit untuk diubah, tugas orang tua yang ingin membentuk pribadi anak yang berkualitas benar-benar jadi berat. So' rumah sebagai awal pergaulan seorang anak semoga bisa menjadi pondasi yang kokoh, hal yang indah dan menyenangkan semoga selalu di temukan dalam rumah..sehingga dalam bersosialisasi nanti bisa memilah pergaulan dan menyaring kata-kata di lingkungan.
Karena anak adalah amanah, yang harus kita jaga...karena akan ada pertanggung jawabannya dikemudian hari.
"Yang tadi kamu dengar jangan kamu rekam ya Nak....LUPAKANLAH. Kamu bukan anak Ngeyel......"
Ya Allah, mudahkanlah bagi anak kami memahami yang baik-baik, jagalah langkahnya agar menjadi langkah-langkah yang baik,hiasilah hatinya dengan akhlak yang mulia....Aamiin.
Tapi Ilham tampak merengek.....memohon pd sy untuk membukanya. Kembali sy coba jelaskan dengan kalimat yang berbeda....tetap sj merengek. Dan salah seorang tetangga nyeletuk: " Ihhh, ngeyel yaaa.......Ilham susah dibilangin"....terdiam saya seketika, kaget dengan nyaringnya kalimat itu terdengar. Tepatkah bahasa seperti itu dikeluarkan di hadapan anak-anak? Tepatkah anak seusia Ilham dinilai ngeyel? masih dalam kondosi diam saya, tetangga satunya lagi menambahkan: "anak-anak jaman sekarang memang pada bandel, susah bilanginnya"
Tetangga-tetangga macam begini bikin saya malas komunikasi, gak nyambungan. Lha anak 13 bulan itu tahu apa?bukannya saya membela anak saya, dan kalau saya gak terima anak saya dibilang dibilang ngeyel..bukan karena saya memanjakannya. Tapi bayangkan saja anak usia 13 bulan yang bicaranya saja belum jelas, pemahaman komunikasi juga belum sempurna dibilang ngeyel. Tidak nyambungkan?
Anak seusia Ilham menurut saya jika menginginkan sesuatu tinggal saja di <span class=" fbUnderline">TURUTI </span>atau <span class=" fbUnderline">TIDAK</span> dan dengan diberikan penjelasan yang baik. Bukan untuk dimaki atau divonis. Betapa saya berusaha dan senantiasa belajar untuk selalu menjaga segala perkataan saya dihadapan anak saya. Karena seorang anak kecil daya serapnya itu tinggi dan apa yang dikatakan terhadapnya itu baginya menunjukkan itulah dirinya. Maka dalam hal ini saya dan suami hati-hati sekali agar bisa meminimalisir kesalahan bahasa atau kata. Ehh lingkungan dengan entengnya bilang kalimat yang demikian tadi...haduuuh...berat ini..(nyambi geleng-geleng).
Saya akui, mendidik anak bukan perkara mudah. Malah saya merasa bahwa bergaul dengan anak kecil saya itu sangat sulit dibandingkan bergaul dengan siapapun. Dimana kesabaran hati sangatlah teruji. Dimana dalam kondisi emosi atau amarah pun sikap maupun bahasa harus dibungkus dalam kata-kata indah. Karena anak bukan luapan amarah juga luapan kata sumpah serapah, anak adalah luapan cinta. Dimana mendidiknya harus dengan bahasa kelembutan, dengan bahasa cinta. Pergaulan semacam ini memang sangat sulit, tapi dari kesulitan ini Insya Allah kelak kemudahan, dan sesuatu yang indah akan tampak dari anak. Dari bahasalah sesungguhnya dimulai pembentukan karakteristik.
Bergaul dengan teman, kita gampang saja menggunakan aneka bahasa dan kata, bahkan bisa ngomong sembarangan, lalu bilang saja "ups bercanda"...tapi saat bicara dengan balita misalkan menggunakan kata " Rese kamu ya..." trus dilanjutkan dengan kata "ups..mama bercanda, ups tante bercanda" sangat tidak lucukan??efeknyapun negative untuk anak.
Dan efek parahnya kalau sampai Mamanya sendiri sudah bilang "rese"...lalu tanpa sengaja saat main dengan temannya yang juga dididik bahasa gaul ini, so terbentukalah dipola pikirnya bahwa: "saya rese..gak apa-apalah.paling kalau resekan Mama cuma ngomel bentar, nanti kalau minta jajan juga dikasih lagi. Jadi ga apa-apa saya rese" kalau sudah begini siapa yang kemudian hari jadi susah? belum lagi bahasa bandel, ngeyel, parahnya lagi kata bodoh....."kalau Mama saja sudah bilang saya bodoh, teman juga kemarin bilang gitu...ngapain saya belajar, paling saya akan tetap bodoh".
Sepertinya menjadi orang tua memang harus bekerja ekstra, kejadian tadi pagi, adalah bukti dimana saya memang harus berhati-hati terhadap lingkungan. Karena sebenarnya kejadian yang gak jauh beda dari ini juga seringkali terjadi, anak-anak kadangkala lewat sambil mungkin ngobrol atau bercanda dengan bahasanya yang tak lagi enak untuk didengar. So saya dan suami memang harus lebih ektra lagi menanamkan, menciptakan sikap dan pergaulan yang baik untuk anak saya. Menanamkan nilai moral, yang mampu menjadikan pla pikir dan karakteristik yang baik. Hmm, terbayang betapa susahnya......tapi saya harus terus belajar untuk itu. Lingkungan yang sudah terlanjur terbentuk tidak berkualitas sangat sulit untuk diubah, tugas orang tua yang ingin membentuk pribadi anak yang berkualitas benar-benar jadi berat. So' rumah sebagai awal pergaulan seorang anak semoga bisa menjadi pondasi yang kokoh, hal yang indah dan menyenangkan semoga selalu di temukan dalam rumah..sehingga dalam bersosialisasi nanti bisa memilah pergaulan dan menyaring kata-kata di lingkungan.
Karena anak adalah amanah, yang harus kita jaga...karena akan ada pertanggung jawabannya dikemudian hari.
"Yang tadi kamu dengar jangan kamu rekam ya Nak....LUPAKANLAH. Kamu bukan anak Ngeyel......"
Ya Allah, mudahkanlah bagi anak kami memahami yang baik-baik, jagalah langkahnya agar menjadi langkah-langkah yang baik,hiasilah hatinya dengan akhlak yang mulia....Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar